Berita Online - Puncak penistaan terhadap suaminya akhirnya datang juga. Istri mana yang tidak sobek jiwanya melihat suaminya harus menghadapi perlakuan paling ironis dan tragis dalam hidupnya ? Berjuang dengan segenap jiwa raga bagi bangsanya, namun bangsa ini juga yang menjerumuskannya ke dalam penjara.
Bahkan semua jasa suaminya yang melahirkan selaksa cinta rakyat, ditepiskan begitu saja oleh hakim menyedihkan yang tak bergigi. Di belahan hatinya yang lain sebagai seorang ibu, bagaimana ia tak menangis perih ketika mengingat pertanyaan anak-anaknya :
"Ma temanku pada bertanya, kenapa papa jadi tersangka ? Bukankah papa orang baik ? Bukankah papa menghabiskan nyaris segenap waktunya untuk rakyat ? Kenapa ma...? Dan kenapa kini papa juga harus dimasukkan penjara..."
Sambil mengeraskan hatinya, perempuan itu meminjam kalimat-kalimat perkasa dari suaminya : " Kalian harus bangga, sebab papa masuk penjara karena berjuang bagi negeri ini, sebagai patriot sejati. Bukan sebagai pengkhianat. Bukan sebagai maling uang rakyat."
Dan semua luka itu ditutup dengan sebuah penolakan, sebuah kekalahan - meski kekalahan itu lebih karena cara-cara brutal yang dipakai menyerang suaminya. Dia pasti menangis dan terluka, sebab dia hanya perempuan biasa. Orang melihatnya hebat tetap berdiri tegar di samping suaminya, bahkan saat suaminya menghadapi badai terbesar dalam hidupnya seperti saat ini. Mungkin benar, tapi tidak sepenuhnya - sebab dia tetap perempuan biasa yang lembut dan perasa.
Bahkan entah berapa liter air mata jiwanya tertumpah hari-hari ini, meski dia menyimpannya rapi di balik senyum manisnya. Satu hal yang pasti, dalam senyum manis dan duka terdalamnya - dia bukan hanya tetap berdiri di samping suaminya - tapi juga membisikkan sebuah kalimat yang membuat sang suami berdiri tegar tanpa gentar.
"Till death do us part." bisiknya lembut...
Suamiku, kita akan tetap bersama dan menghadapinya bersama - sampai ajal memisahkan kita.
Maka kepala sang suami kembali mendongak, berdiri tegak perkasa, matanya tajam dan dengan gagah memasuki pintu penjara yang menunggunya. Tak ada yang ditakutinya lagi, sebab belahan jiwanya tak akan pernah meninggalkannya.
No comments:
Post a Comment